Jumat, 20 Maret 2015

De-si-ta always be De-si-ta

Tidak pernah terbayangkan jika saya melihat bunda saya terbaring lemah ditempat tidurnya, menatap nanar cahaya dari surga dan pergi selama-lamanya.
saya masih tidak sanggup untuk kehilangan wanita paling berharga dalam hidup saya, bahkan saya rela menukar nyawa untuknya.

Dari kecil, sayalah yang paling dekat dengan bunda saya. saya tidak pernah jauh darinya. Saya selalu disamping dia, selalu dimanjanya sampai saya sudah sebesar ini.
bunda saya terlalu berharga. Dia bukan wanita sembarangan. Dia wanita paling tegar yang pernah saya temui.
dari kecil saya tidak pernah tidak menyusahkannya. Saya selalu bertingkah tidak masuk akal agar hanya mendapat perhatian dari orang-orang dan bunda saya selalu sabar menghadapi tingkah saya yang sangat diluar batas. 
saya sangat manja. Sampai sekarang pun saya masih manja, dari dulu bunda saya selalu memanjakan saya.. memberi apapun yang saya minta walau dengan keadaan saya sedang mengamuk. bunda selalu sabar menghadapi sikap keanak-anakan saya.

Saya anak yang menyusahkan orangtua, haha.. saya banyak menuntut dan saya selalu ngambek jika yang saya inginkan tidak dituruti.
tapi bunda selalu berusaha memberi dan berat untuk mengatakan tidak.

Saya ingat dulu waktu kecil, kakak saya terkena penyakit ginjal, dan semua perhatian fokus kepadanya. dulu saya tidak mengerti apa itu penyakitnya. Yang saya tahu semua keluarga tertuju pada kakak saya yang sedang sakit keras. 
Saat itu saya tidak pernah mau mengerti apa yang terjadi sesungguhnya. Saya selalu heran kenapa setiap tengah malam bunda terbangun dan menangis jika melihat kondisi kakak saya, saya hanya berfikir bahwa bunda kelelahan. Tapi baru saya sadar bunda bukan hanya kelelahan fisik, tapi batinnya sudah terlalu lelah, hatinya sudah terlalu teriris, orang tua mana yang tidak teriris melihat anaknya sedang sakit dan terbaring lemah dengan muntah darah dimana mana? 
saya selalu melihat mata bunda yang sudah sangat cekung karena kelelahan. 
Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saya hanya melihat apa yang terjadi saat itu.
dulu saya anak yang nakal, rewel, dan banyak maunya. Semakin saya melihat kakak saya diperhatikan oleh seluruh keluarga, dan ayah bunda saya selalu fokus padanya, saya semakin mencari perhatian dengan melakukan hal-hal yang diluar batas yang membuat orangtua saya terkadang menahan tangis jika menghadapi saya.
fokus mereka terbagi 2, menghadapi kenakalan saya dan menghadapi penyakit kakak saya.
Anak kecil seperti saya tahu apa soal penyakit? Yang saya tahu semua orang sudah tidak lagi peduli terhadap saya.

Saya selalu menjadi orang yang asing dirimah, yang dulunya bunda selalu memanjakan saya, tapi nyatanya kakak sayalah yang lebih butuh dimanjakan.

Saya pernah melihat ayah dan bunda masuk kekamar kami, lalu mereka berdua solat dikamar kami dan selesai solat mereka berdoa sepanjang malam dan baca alquran, untuk kesembuhan kakak saya. Saya hanya melihat dibalik selimut betapa orangtua saya tidak mau melihat anaknya menderita.
lalu selesai sholat, bunda dan ayah saya menghampiri kakak saya yang sedang tertidur disamping saya dan mencium keningnya sambil berdoa. 
lalu mereka keluar. Tanpa mencium kening saya. Saya selalu ingat peristiwa itu dan kalau saya ingat hati saya selalu teriris. Dan membuat saya melakukan hal-hal diluar batas.
apa salahnya mereka mencium kening saya juga? :')

Dulu saya tidak pernah mau tahu apa-apa tentang semua yang terjadi dalam kehidupan kami. Saya hanya banyak menuntut, rewel, dan mengamuk dimanapun saya berada. Itulah yang bisa saya lakukan ketika saya kurang perhatian dari mereka.

pernah dulu saya berfikir kenapa tidak saya saja yang ada di posisi kakak saya saat itu? Kenapaa bukan saya yang sakit? Agar semua orang memberi perhatiannya kepada saya. Agar saya tidak merasa sendirian terus menerus.
Tapi itu hanyalah pemikiran anak umur 6tahun yang tidak tahu apa-apa tentang kehidupan.

Berulang kali bunda selalu memberi pengertian kepada saya bahwaa bunda sedang fokus pada kesembuhan kakak saya. Tapi saya tidak pernah mau peduli. Saya selalu bertingkah seolah-olah anak yang paling nakal. Dan bunda selalu menangis jika melihat saya yang nakal.
saya amat tahu bagaimana kesusahan kedua orangtua saya dulu, tapi saya tidak pernah mau sadar dan mengerti.
anak kecil umur 6tahun tahu apa soal mengerti keadaan orangtua?
Yang saya tahu hanyalah bagaimana caranya agar saya diperhatikan dan dipenuhi semua yang saya inginkan.

Entah apa yang ada di otak sayaa saat itu. Tidak terbersit untuk kasihan melihat bunda dan ayah yang sudah kehabisan air mata menghadapi kakak saya yang sedang di ujung nyawanya.

Bunda dan ayah selalu berjuang, pantang menyerah. semua mereka lakukan untuk kesembuhan kakak saya, sampai pada akhirnya bunda melarikan kakak saya ke penang untuk penyembuhan total.
lagi-lagi saya menjadi penghambat keberangkatan karena saya tidak di ajak.
saya tinggal bersama oma dirumah.
dan sepanjang hari saya membuat oma pusing dan membuat oma menangis karena kenakalan saya yang sangat luar biasa.

baru kali itu saya ditinggal oleh bunda saya, karena saya tidak pernah ditinggal oleh bunda sampai sebulan lamanya. Saya tidak bisa jauh dari bunda, jika jauh sebentar saja saya jatuh sakit. sampai sekarang.

saya pernah berfikir bahwa kenapa saya dilahirkan jika saya tidak diperdulikan? Buat apa bunda dan ayah memiliki 2 anak tapi yang 1 nya tidak dianggap?
Saya bertanya pada oma waktu itu
"Oma, uti sakit apasih? Kenapa ga eci aja yang sakit sih oma biar di ajak jalan-jalan ke malyasia"
"mau berapa liter air mata bunda lagi yang keluar kalau eci yang sakit? Ecikan anak kesayangan bunda"
"Bunda sama ayah sayangnya sama uti. eci nakal oma, ayah aja sering marah-marah.
"Ayah dan bunda udah terlalu capek, bukan cuma cape pikiran, tapi capek hati. jadi eci ga boleh nakal ya, biar ayah sama bunda ga marahian eci terus"

Saya selalu mendengar apa yang oma bilang, dan saya mulai mengerti bahwa bunda dan ayah sudah terlalu lelah menghadapi kenyataan ini.

Tapi hanya 1 hari saya sadar, keesokan harinya saya bertingkah seolah seperti anak jahanam. Sangat amat memuakkan. Mengamuk ditempat umum sampai oma dan tante saya kewalahan mengurus saya.
Lalu saya tertidur dilantai mall karena sudah lelah ngamuk seharian. dan mereka yang menjaga saya pun bahagia.

kalau saya ingat dulu bagaimana kenakalan saya, saya selalu muak pada diri sendiri.
kenapa saya senakal itu? Menyusahkan banyak orang ketika memang sedang dalam keaadaan susah.

sekarang Alhamdulillah kakak saya sehat walafiat, penyakitnya sudah hilang dengan beberapa kali  treatment dan kemo.selama beberapa tahun melakukan penyembuhan rutin. Dan sekarang dia menjadi seorang calon dokter.
betapa tidak bunda dan ayah selalu bangga padanya.
anak yang dulu sakit-sakitan dan diambang batas nyawanya kini tumbuh menjadi perempuan cantik dengan predikat dokter muda. Sungguh, saya pun saat ini merasa bangga. Tidak terbersit untuk mengamuk lagi. Hahaha..
setelah kesembuhan kakak saya, perhatian 
Yang 2 tahun sempat hilang kembali lagi saya kembali dimanja oleh bunda dan bunda kembali pada rutinutasnya mengurus saya. Betapa saya sangat bahagia saat itu.
tidak berselang beberapa lama saya diperhatikan kembali oleh bunda, ternyata bunda hamil lagi, anaknya laki-laki. Dan Saya diabaikan kembali.

Lucunya saat itu, saya sudah terlalu lelah mengamuk dan menjadi anak yang nakal. Saya biarkan saja bunda mengurus anak barunya. Tetapi ternyata saya tidak kehilangan sedikitpun kasih sayang dari bunda. Bunda selalu menganggap saya anak kecil yang manja. saya selalu merasa saya masih menjadi puteri kecilnya walaupun saya sudah memiliki adik.

Sampai sekarang terkadang saya masih merasa asing, hingga beranjak semakin dewasa saya masih sering merasa dibanding-bandingkan dengan kakak saya. Saya masih merasa kalau saya tidak ada apa-apanya dengan dia.
dari dulu saya merasa asing pada diri sendiri. Saya kurang percaya diri atas kemampuan yang saya miliki, bahkan saya sendiri membandingkan hidup saya dengan hidup orang lain. Saya tahu itu salah.
bunda dan ayah selalu membanggakan kakak saya yang calon dokter. Dulu, sebelum saya tamat SMA ayah selalu bilang saya harus seperti kakak saya. Harus hebat seperti dia. Harus menjadi panutan seperti dia. Saya selalu menganggap ayah bilang seperti itu untuk membandingkan saya dengan kakak saya. karena ayah lebih menyayangi kakak saya ketimbang menyayangi saya.
Kakak saya mempunyai hidup yang 'nyaris' sempurna, 2x diselamatkan oleh badai kematian, dikelilingi oleh orang-orang yang sayang padanya, teman-teman yang peduli padanya, pacar yang setia selalu disampingnya.
jujur saya iri, apa yang bisa saya lakukan untuk membuktikan saya juga bisa seperti dia? Semua yang saya lakukan salah dimata semua orang. Apapun yang saya jalani tidak pernah berjalan dengan sempurna. kadang saya merasa semuanya tidak adil.
ketika saya harus mati-matian berjuang sendiri, dan kakak saya berjuang di dukung oleh orang-orang yang sayang padanya.
saya selalu merasa asing.
saya tahu tidak ada orangtua yang tidak sayang kepada anaknya, begitupun orang tua saya. Mereka terlalu menyayangi anak-anaknya. Tapi saya tahu, saya tidak pernah bisa menjadi apa yang mereka mau.
saya selalu membuat bunda menangis karena jujur sampai sekarang saya masih menjadi anak yang pembangkang. Saya tahu itu salah. Tak jarang bunda menangis karena tingkah saya.
saya sangat berdosa ketika air mata bunda tumpah akibat prilaku saya. Saya selalu menyesal ketika habis adu pendapat dengan bunda, ketika saya membanting pintu kamar karena apa yang saya inginkan jarang di penuhi.

Saya bukan tidak sayang kepada bunda atau ayah. Saya hanya ingin mereka mengerti bahwa kemampuan anak tidak bisa diukur sedemikian rupa. Saya punya kelebihan di bidang saya. Dan kakak sayapun begitu.
tidak ada yang sama dari kami. Saya ya akan selalu menjadi saya bagaimanapun rupanya. dan dia akan selalu menjadi dia bagaimanapun rupanya.

saya tidak pernah mau punya hidup yang menyusahkan orang lain, dari dulu saya cukup menyusahkan. Saya ingin siapapun yang berada disamping saya tidak merasakan pedihnya menjadi seorang 'eci'
saya memang kurang bersyukur, saya tidak pernah puas dengan apa yang saya miliki.

Saya hanya butuh orang-orang yang mau melengkapi segala kekurangan saya tanpa harus menuntut kelebihan.
saya hanya butuh orang-orang yang setia di samping saya, yang tidak terus menyakiti saya.
saya hanya butuh orang-orang yang baik bukan karena memanfaatkan kekurangan yang saya miliki.
saya hanya butuh orang orang yang selalu memberi perhatiannya kepada saya tanpa saya harus mengemis perhatian.

Saya sayang bunda saya. Saya tidak ingin lagi membuatnya menangis akibat tingkah laku saya. Maka dari itu apapun yang saya lakukan di hari ini semata-mata untuk orang tua saya.
Bunda selalu menjadi separuh dari nafas saya, bunda selalu menjadi separuh dari semangat saya setiap hari.
bunda selalu menjadi alasan saya kuat berdiri diatas bumi ini.
ayah selalu menjadi inspirasi bagaimana saya harus kuat menjalani kehidupan, bagaimana saya harus lebih keras memahami kehidupan. Bagaimana waktu selalu berharga dimatanya, bagaimana kerja keras selalu membuahkan hasil maksimal.

sekarang 1 tahap sudah tercapai, bunda dan ayah sudah mengantarkan saya ke gerbang masa depan dikampus ini.
ayah yang berjuang mati-matian agar keinginan saya terwujud. Saya belajar mati-matian agar saya bisa kuliah di PTN dan jurusan yang saya inginkan. Semua sudah saya dapatkan.
walau awalnya saya berat kuliah disini karena mata kuliahnya terlalu absurd dan berat. Tapi saya menjalaninya dengan enjoy. ini sudah menjadi pilihan saya, bagaimanapun juga saya harus menjalaninya Dengan segenap hati saya.
dan saya akan membuat bangga ayah dan bunda.

Semoga Tuhan senantiasa menjaga saya, menjaga orang-orang yang saya sayangi, menjaga hati saya, menjaga hati seseorang yang senantiasa menyayangi saya nantinya.
semoga Tuhan selalu melindungi langkah kaki saya, menguatkan hati saya, mengatur langkah yang akan saya pilih untuk hidup saya.
semoga Tuhan menjaga Bunda serta Ayah saya sampai akhir hayatnya.
semoga Tuhan mengizinkan saya membalas semua kasih sayang dan pengorbanan yang Bunda dan Ayah beri untuk saya.
Semoga Tuhan mengizinkan saya merawat bunda dan ayah jika sudah tua nanti.

dan pada akhirnya, saya hanya harus mengerti satu hal, Tuhan tidak pernah jatuhkan seseorang ke kehidupan yang paling rendah sekalipun. dan saya harus lebih banyak belajar sabar dan merendahkan  emosional yang saya miliki.
Karena Tuhan telah menempatkan seseorang kepada porsinya masing-masing.
dan tergantung orang tersebut memanfaatkan apa yang telah Tuhan beri.

Semoga saya tidak lagi membuat orang tua saya menangis, membandingkan diri saya dengan orang lain.
semoga nantinya saya akan menjadi orang yang berguna bagi orang lain.








Regret,
Desita.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar